Terkadang kita sebagai manusia terlalu berharap dengan apa yang jauh disana, padahal yang terbaik sudah didepan mata. Dan terkadang lawan bicara kita tidak tau bahwa dirinya tengah dicintai. Karena wanita adalah makhluk yang aneh,saat kita yakin kepadanya, dia berubah dan pergi.

Sabtu, 22 November 2014

Lapisan Sosial

Malam ini malam minggu
Kau menunggu di rumahmu
Selamat malam dunia
Ku siap ’tuk berpesta
Tunggu aku di sana
Bertemu oh baby

Pasti lu bcacanya pake nada kan?potongan lirik Jikustik-Selamat Malam Dunia yang lumayan terkenal di tahun 2005an sampe sampe boyben menyerang. Oke balik lagi bersama gue di malam minggu yang kelam ini gue baru dapet tugas yang tentu saja tidak sedikit. Jadi kali ini gue bakal ngebahas tentang *liat buku* oke kali ini gue bakal bahas tentang Pelaspisan Sosial dan Kesamaan Derajat. Tau ga pelapisan sosial itu??? Menurut mbah gugel, Pelapisan sosial atau yang biasa disebut Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal. Prosesnya terbagi menjadi 2 yang pertama karena tidak disengaja, yang kedua karena disengaja. Yang tidak disengaja. Terjadi karena proses pertumbuhan penduduk berjalan dengan sendirinya kalo kata orang galau mah "Let it flow". Di lapisan yang terjadi dengan sendirirnya ini,maka kedudukan seseorang pada suatu strata didapat secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih. Yang disengaja. Nah kalo yang ini yang biasa ada di masyarakat. Maksudnya disengaja disini adalah untuk mengejar tujuan hidup. Jadi seseorang bisa naik-turun kasta dari profesinya atau penghasilannya. Nah dalam masyarakat ada beberapa sistem lapisan. Ada 2 sistem yang pertama tertutup dan yang kedua terbuka. Sistem pelapisan tertutup. Simplenya siiih yaa dalam suatu lapisan sosial ga bisa pindah-pindah lapisan kaya sistem kasta gitu. Kalo udah kesatria yaa ga bisa pindah jadi pendeta atau pedagang.Nah kalo yang terbuka keballikannya aja. Bisa pindah-pindah lapisan sosial. Contohnya yaa kaya orang kantor ada yang jadi manager, ada yang jadi direktur, ada juga yang jadi OB. Ada beberapa teori tentang pelapisan sosial ini. Menurut Aristoteles pelapisan sosial dibagi menjadi 3 yaitu kaya, menengah dan melarat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa, selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Selanjutnya kesamaan derajat. Bukan Deri Drajat. Jadi maksudnya disini antara pria dan wanita itu tidak ada diskriminasi. Setara. Sama. Ga ada pembedaan. Kalo laki-laki bisa jadi bos perempuan juga bisa. Kalo laki-laki bisa jadi presiden, perempuan juga bisa. Kalo laki-laki bisa jadi atlet, perempuan juga bisa. Tapi kalo genteng bocor pasti yang benerin laki-laki, perempuan ga mau.
Kesamaan derajat udah diatur di UUD 1945 tentang persamaan hak. Diantaranya pasal 27 ayat(1), pasal 29 ayat(2), pasal 28 dan pasal 31 ayat(1)dan(2). Didalam 4 pasal tersebut ada 4 pokok hak asasi pokok pertama, mengenai kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan. Pokok Kedua, ditetapkan dalam pasal 28 ditetapkan, bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh Undang-Undang”.Pokok Ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara.Pokok Keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran. Elite adalah sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan  kecil yang memegang kekuasaan. Nah elite ini ada fungsinya juga. Fungsinya yaitu untuk menyisihkan satu golongan tertentu untuk memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang tinggi.
Sementara massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang biasanya disinonimkan dengan berat. Ngeh itu mah fisika yak haha sori sori dosen fisika gue ngajarnya kurang bener. Jadi massa itu menurut gue adalah sekelompok masyarakat yang turun ke jalan untuk melakukan unjuk rasa dan terjadi secara spontan. Ciri-ciri massa itu terjadi secara spontan(uhuy), terdiri dari semua lapisan sosial,sedikit berinteraksi dan kalo ada polisi langsung kabur


Sumur
Sumur

Senin, 03 November 2014

MISTERI EKSEKUSI MATI IMAM DI/TII KARTOSOEWIRJO TERUNGKAP

Jadi di hari yang ngeboSENIN ini dan doi yang lagi kesel sama gue gegara potonya gue taro di pet (baca : path) dengan hati yang berat gue menulis ini (kenapa begini????) oke skip!!! Jadi kali ini gue bakal ngasih tau informasi yang "dikubur" selama yaa kurang lebih 50 tahun laah. Sedikit tentang Kartosoewirjo. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir di Cepu, Jawa Tengah, 7 Januari 1905 – meninggal 5 September 1962 pada umur 57 tahun adalah sufi Islam Indonesia yang memimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga tahun 1962, dengan tujuan menggulingkan ideologi Pancasila dan mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah. Misteri eksekusi mati Imam dan Pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo terungkap. Selama 50 tahun, pemerintah Soekarno dan Soeharto menyembunyikan lokasi eksekusi sang Imam untuk mencegah balas dendam dan reaksi para pengikutnya yang fanatik.Disinyalir pula pulau ini jadi tempat eksekusi pemimpin DI/TII Kartosuwiryo di Pulau Onrust Kepulauan Seribu DKI Jakarta Selama ini Kartosoewirjo dipercaya masyarakat dieksekusi dan dikubur di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Bahkan ada makam yang disebut sebagai makam sang imam di sana. Ternyata salah besar. Adalah sejarawan dan budayan Fadli Zon yang membuka misteri yang tersimpan 50 tahun lalu itu. Lewat buku Hari terakhir Kartosoewirjo : 81 Foto Eksekusi mati Imam DI/TII’, terungkap Kartosoewirjo dieksekusi mati dan dikuburkan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu.

Buku foto ini merangkai perjalanan akhir sang imam. Mulai makanan terakhir yang dimakannya, perjalanannya ke pulau, hingga ditembak mati tentara dan disalatkan serta dimakamkan.“Sebuah fakta yang terkubur selama 50 Tahun, Kartosoewirjo dieksekusi September 1962,” kata Fadli dalam undangan peluncuran bukunya yang digelar di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (4/9). Selain itu Fadli juga memamerkan 81 foto terakhir Kartosoewirjo. Pameran ini digelar mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Kartosoewirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Soekarno kemudian mengirimkan tentara dari Divisi Siliwangi dan satuan-satuan lain untuk menumpas gerakan Kartosoewirjo. Peperangan gerilya di belantara Jawa Barat berlangsung lama. Baru tahun 1962 gerakan ini dipatahkan. Kartosoewirjo ditangkap tentara Siliwangi saat bersembunyi dalam gubuk di Gunung Rakutak, Jawa Barat tanggal 4 Juni 1962. Soekarno menjatuhkan hukuman mati pada Kartosuwiryo. Sebenarnya, Kartosoewirjo adalah sahabat karibnya. Dulu Soekarno, Muso dan Kartosoewirjo sama-sama ngekos di rumah Tjokroaminoto di Surabaya. Tapi ketiganya akhirnya memilih ideologi dan jalan yang berbeda. Nasib Kartosoewirjo pun berakhir diterjang timah panas regu tembak tentara Soekarno. Beberapa foto sebelum eksekusi :
Keterangan tulisan gambar : 1. Pertemuan terakhir Kartosoewirjo dengan keluarga (istri dan anak) sebelum dibawa ke pulau Ubi.

Keterangan tulisan gambar : 12. Setelah penyampaian pesan terakhir, Kartosoewirjo berfoto bersama keluarga. Berdiri (kiri-kanan) : Tahmid Basuki Rahmat, Dodo Mohammad Darda. Duduk (kiri-kanan) : Kartosoewirjo, Dewi Siti Kalsum, Kartika, Komalasari, Danti.

Rendang Jadi Menu Makan Siang Terakhir Kartosoewirjo. Kartosoewirjo berfoto bersama keluarga untuk terakhir kalinya, sebelum dieksekusi mati.



Keterangan gambar : 26. Kartosoewirjo naik ke kapal PGM.


Keterangan gambar : 34. Kartosoewirjo akan berganti pakaian.


Setelah mendarat di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Kartosoewirjo dibawa ke sebuah lokasi di mana tiang papan pengikat sudah tertancap.
Keterangan Gambar : 39. Kartosoewirjo dan tentara dalam perjalanan menuju tempat eksekusi.

Keterangan gambar : 41.  Kartosoewirjo dalam perjalanan menuju tempat penembakan.





“Berpakaian putih-putih, dengan mata ditutup kain, Kartosoewirjo diikat pada tiang tersebut dan di depannya berdiri eksekutor yang terdiri dari 12 orang siap menembak mati.
Tak ada yang tahu pada senjata siapa peluru disarangkan. Namun sesaat setelah komandan memberi instruksi, beberpa peluru menembus dada kiri Kartosoewirjo” tulis Fadli Zon dalam bukunya yang berjudul Hari Terakhir Kartosoewirjo.

Seusai eksekusi, jenazah Kartosoewirjo pun kemudian diperiksa tim dokter untuk memastikan bahwa pria yang kelahiran 7 Febriari 1905 di Cepu, Jawa Tengah itu sudah tidak bernyawa.
Usai pemeriksaan, jenazah dimandikan dengan air laut, dikafani dan disalatkan,tulis Fadli Zon yang juga Waketum Gerindra dalam bukunya. Jenazah Kartosoewirjo diangkat dengan sebuah tandu dan dibawa ke tepi laut untuk dimandikan. Kemudian Jenazah Kartosoewirjo Dimandikan dengan Air Laut, jasad Kartosoewirjo dikafani dan disalatkan tepi pantai. Dari sekian banyak orang yang hadir, diantaranya ialah beberpa perwakilan instansi pemerintah, hanya empat petugas yang ikut mensalatkan. Setelah itu jenazah Kartosoewirjo dikuburkan, tulis Fadli yang juga sedang mengambil program Doktoral Ilmu Sejarah ini.
Pulau Ubi yang merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Seribu menjadi saksi proses eksekusi Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Imam DI/TII yang memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia itu dieksekusi regu tembak dari TNI pada 5 September 1962.
Seperti dikutip dari buku Fadli Zon berjudul ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo, yang diluncurkan pada, Rabu, (5/9/2012). Terdapat 81 foto yang mengungkap, proses awal eksekusi hingga penguburan. Berdasarkan foto ada sekitar lima peluru yang bersarang di dada sebelah kiri Kartosoewirjo. Ditambah tembakan jarak dekat sebagai eksekusi terakhir dari komandan regu tembak. Foto-foto dalam buku Hari Terakhir Kartosoewirjo, setelah mengebumikan jenazah, tertulis caption Kapten Rochdam (Rochani Kodam) V/Djaja sedang berpidato agar para hadirin turut mendoakan almarhum Kartosoewirjo.